Mengenai Saya

Foto saya
saya adalah saya, bukan anda atau dia.

Jumat, 31 Desember 2010

2010 in memories

Sebetulnya aku sudah bosan menceritakan kisah yang melankolis. Tapi apa mau dikata? Jika kehidupanku memang selalu di ributi oleh kesedihan dan kekesalan. Kali ini kisahku berawal dari bulan maret 2010 lalu. Aku tak sengaja memiliki teman yang… yah begitulah. Dia tak tampan, tak juga rupawan, dia tak juga bergelimang harta. Tetap mengapa gayanya seperti superstar? Mungkin syair lagu itulah yang sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana dirinya. Sebut saja Eddy. Kami beda jurusan, kami juga tidak seorganisasi. Entah bagaimana awalnya perkenalan kami, aku pun lupa. Yang pasti dari perkenalan itu menjadikan aku tak bisa berpikir logis dalam beberapa bulan di tahun kemarin.
Tak banyak orang yang tahu ketika aku dan Eddy berteman. Mungkin hanya beberapa orang dekatku yang sengaja ku beritahu. Lagipula, hal itu tak harus di sebar luaskan bukan? Toh aku bukan selebriti yang harus di liput kemana saja perginya. Meskipun beberapa orang yang ku curhati tentang dirinya tidak setuju jika aku berteman dengan Eddy. Aku tetap beranggapan bahwa dia orang baik. Sekalipun dia sering berbicara keras dan tak sopan. Dan tidak segera menyadari kesalahannya. Paling menyebalkan, dia tak pernah mau mengakui kesalahan dan minta maaf pada orang yang punya masalah dengannya. Namun menurutku, itu urusannya, bukan urusanku.
Pertemananku dengan Eddy hanya di dunia maya. Kami sering saling mengirim pesan di facebook dan sms-san. Banyak teman dekatku yang mengingatkanku agar aku tidak meresponnya. Bisa jadi cinta!! Itu kata mereka. Tapi masa bodoh. Jelas tidak mungkin kami berteman melebihi batas. Aku sudah punya Syahrul yang setia menunggu kepulanganku di rumah. Dan dia….. entahlah. Dia bilang padaku, dia tak mencintai siapapun, tapi dengar-dengar, dia sedang dekat dengan beberapa adik kelas yang mengaguminya. Juga beberapa cewek yang tergila-gila padanya. Ada info juga kalau dia dan mantan pacarnya masih berkomunikasi dengan baik. Aku tak tahu dan aku tak peduli.
aku dan Eddy jarang sekali bertemu dan berkomunikasi layaknya seorang teman. Jika kami kebetulan satu bus atau satu meja di kantin, dia selalu diam atau terlihat kikuk. Aku tak tahu mengapa dia harus bersikap demikian. Aku sih cuek saja. lagi pula masih banyak masalah yang perku ku urus daripada mencari fakta mengapa dia bersikap begitu. Tapi kediamannya ketika bertemu denganku dengan sms yang dia kirim tiap hari membuatku merasa ada yang perlu di pastikan.
Pernah aku merasa sangat jengkel dengan Syahrul karena dia terlalu sibuk mengurus pekerjaannya. Sampai-sampai melupakanku yang sedari tadi menelpon dan mengirimnya sms. Dan waktu itu aku butuh sekali bercerita pada orang lain untuk melegakan dadaku. Akhirnya aku bercerita pada Eddy di sms.
“Ed.. kamu pernah jatuh cinta nggak???”
Tanyaku untuk mengawali percakapan.
“ya pernahlah…. Kenapa emang??? Kamu lagi falling in love ya???? ngaku aja deh. Ma siapa???”
“nggak juga. Aku lagi kesel aja sama Syahrul…..”
“siapa tuh???”
“HTSku di rumah.”
“masalahnya apa???”
“dia selalu nggak ada waktu buat aku. Selalu aja ngurusin pekerjaan. Cewek mana yang nggak kesel kalo nggak pernah di perhatiin kayak gini???”
Balasku dengan nada-nada emosi tinggi.
“kok dia gitu??? Maunya apa coba??”
“tau deh….. kesel aku ma dia. Emang ya.. semua cowok tuh kayak gitu. EGOIS!!!”
“sabar ya… nggak semua cowok kayak gitu kok. ”
Aku menghela napas. Tetap saja menurutku sama. Sama-sama buaya yang siap menerkam makhluk cantik bernama wanita.
Sejak curhat tentang Syahrul itu, aku jadi sering cerita pada dia tentang semua yang ku alami. Tentang masalah yang menimpaku, tentang perasaanku pada Syahrul dan begitu pula sebaliknya. Dia juga sering sekali menceritakan siapa saja yang pernah di cintainya. Kami jadi semakin dekat di dunia tanpa batas itu.
Hingga suatu hari terjadilah sesuatu…..
Dia pernah bercerita tentang perasaannya pada Alida, teman sekamarku di kos-kosan. Pada awal tahun dia pernah memendam rasa pada anak kalem itu. saat aku bilang aku sekamar dengan Alida, dia jadi sering menitipkan salam pada temanku itu. mulanya aku bersikap biasa saja. jika dia menitipkan salam, maka aku juga menyampaikannya. Tapi lama-lama ada sesuatu yang berbeda saat dia terus-terusan mengirim salam untuk Lida. Ada semacam perasaan tak rela jika Eddy bersikap begitu baik pada gadis itu.
“Maya.. aku titip salam buat Lida ya??? ya??? ya???”
Lagi-lagi pesan itu yang terpampang di layar hpku. Aku menghela napas. Bosan aku membalas ocehan tak berarti seperti itu.
“kok nggak di bales sih May…??? Sibuk ya?????”
Sibuk??? Iya, sibuk memikirkanmu!! Makiku dalam hati.
“nggak pa-pa…… “
“salamin yah????”
“hmm…..”
Balasku seadanya.
“kok gitu jawabannya??? Kenapa???”
“nggak pa-pa…. udah deh ngak usah ngomongin dia lagi.”
“kamu lagi tengkar ma dia???”
Aduh… dia itu pura-pura bodoh atau memang sebenarnya bodoh sih???
“aku nggak suka…….”
“oh…. Jadi kamu nggak suka kalo selama ini aku ngomongin dia???”
“pikir sendiri!!!”
Rasanya aneh sekali saat aku bertingkah seperti itu. jika di pikir logis, untuk apa aku berlaku demikian? Bukankah aku dan dia hanya sebatas teman???? Mengapa harus merasa tak rela??? Cemburu kah aku???
*

Semakin hari rasa itu semakin kuat. Dan aku tahu aku telah jatuh hati pada Eddy. Tapi aku sadar, Eddy tak mungkin mencintai aku. Sampai akhirnya aku merasa perlu mengutarakan rasa cinta ini padanya sebagai sebuah pernyataan. Bukan pertanyaan. Aku menuliskan beberapa larik puisi untuknya di facebook. Aku memberi judul, aku mencintaimu. Lalu menulis di catatan lagi dengan judul, saat kita masih berteman. Dan masih banyak lagi catatan-catatan mengenai dirinya. Tak lupa aku menghiasi blogku dengan kisah-kisah tentang Eddy, Eddy dan Eddy. Just Eddy in my brain. Tapi dia tak kunjung merespon puisi itu. paling-paling dia berkata “ bagus. Buat siapa???” dan aku benci saat itu.
Aku tak bisa terus-terusan menahan seperti ini. aku harus cepat-cepat berkata padanya. Dalam kesempatan yang sangat bagus. Aku menelponnya. Memberitahunya kalau aku mencintainya sejak lama.
“iya, aku cinta kamu, Ed…. Udah lama.”
“aku udah tahu kok…… “
Oh.. ternyata dia sudah tahu kalau aku mencintai dia.
“tapi ini pernyataan, bukan pertanyaan. Jadi kamu nggak perlu jawab atau mereson apapun.”
“hahaha. Aku dah biasa kok di giniin orang.”
Aku ikut tertawa. Dasar sombong!!! Aku berharap, aku bisa bertahan dengan sikapku yang biasa saja.
Waktu terus bergulir. Perasaanku tak kunjung surut. Malah makin hari makin bertambah. Oh… tidak!!! Karena tak kuat dan ingin segera mengakhiri ini semua, aku pun menghapus dan memblokir dia dari facebookku. Dia bertanya-tanya. Tapi aku hanya diam. Lagi pula tak mungkin aku menceritakan kalau aku cemburu melihat dia masih saling mengirim pesan dengan manta pacarnya??? Memang nya aku siapanya??? Tak berhenti disitu saja, aku juga jarang membalas smsnya dan lebih sering mengabaikannya.
Tapi, aku tak mungkin bisa jauh darinya. Aku pun kembali meresponnya dan berteman baik dengannya. meskipun sakit karena tahu kenyataan bahwa dia tak pernah mencintaiku. Ku jalani hubungan tidak jelas ini sampai bulan oktober. Saat itu, semua temanku tahu kalau aku mencintai dirinya. Ya, ada yang complain, ada yang mendukung dan ada yang biasa saja. aku tak peduli. Aku mencintai dia, bukan berarti aku bisa di miliki. Aku mengatakan perasaanku, bukan berarti aku menawarinya pacaran. Bukan begitu????
Aku masih ingat tanggal dimana aku mencucurkan air mata selama tiga hari. Tanggal 6 oktober 2010. Waktu itu, seorang teman bernama Alda memberitahuku bahwa Ayu, teman sekelasku jadian dengan Eddy secara diam-diam. Aku tak ingin gegabah. Aku ingin melacak kebenarannya terlebih dulu. Aku meminta beberapa orang saksi yang mengetahui masalah itu untuk bicara. Dan ternyata benar, Eddy jadian dengan Ayu secara sembunyi-sembunyi. Entah kemana larinya logika yang selama ini aku dewakan. Seketika itu perasaanku hancur berkeping-keping. Rasanya sakit sekali. Seperti di hunus besi lancip yang panas, yang baru saja di angkat dari tungku dan berwarna merah menyala. Kau tahu, sakit sekali.
Esoknya aku selesaikan semua masalah ini. aku tanyai Ayu tentang kebenarannya dan dia mengiyakan semua pertanyaanku. Aku hanya bisa tersenyum. Tersenyum melihat diriku yang begitu bodoh untuk terjun dalam kisah percintaan. Dan sakit hati karena cemburu yang tak beralasan.
Ku kira semua akan berhenti sampai disitu saja. ternyata dugaanku salah. Aku harus kembali menyelesaikan masalah nama baik Ayu yang tercemar karena merebut Eddy dari tanganku. Memang, semua teman mengutuknya. Semua teman membicarakan mereka berdua yang tega melakukan itu. bahkan, mereka semua menyurhku untuk memusuhinya. Tap aku harus professional. Bukankah aku bukan siapa-siapa??? Aku membantu mereka menyelesaikan masalah ini. aku mempertemukan Eddy dan Ayu di sebuah tempat untuk berunding. Setelah lelaki bernama Eddy itu menyakitiku, barulah kini kulihat batang hidungnya. Melihatnya dari dekat. Dan jujur saja, aku bahagia sekali bisa berdekatan dengannya. meskipun aku harus terhalang tubuh Ayu.
Namun pertemun itu memang tak pernah berujung bahagia jika di lihat dari sisiku. Mengapa?? Yang pertama, aku harus berperan sebagai pengacara mereka yang seolah-olah aku tak pernah memiliki masalah dengan mereka. Aku sama sekali tak di gubris. Bukankah seharusnya mereka yang datang ke tempatku dan meminta maaf padaku??? Yang kedua, aku harus melihat mereka berbincang-bincang dengan begitu akrabnya. Oh…. Tidak!!!! Jujur, hatiku terasa sakit sekali. Tapi aku memang manusia yang di ciptakan untuk memiliki ekspresi muka yang banyak. Aku pun masih tersenyum di depan mereka. Padahal kau tahu, tersenyum dalam keadaan ingin menangis bukanlah hal yang mudah.
Setelah nama baik Ayu pulih. Aku ingin semuanya berhenti. Tapi tak semudah itu. ternyata Eddy kembali hadir ke kehidupanku dengan cara yang kurang baik. Dia terjangkin masalah dengan anak kelasku dan kali ini posisinya salah. Tentu aku marah. Marah sekali. Aku rela jika diriku yang merasa sakit dan merana. Tapi aku tidak akan terima jika ada yang menyentuh teman-teman kelasku. Kemarahanku tak bisa ku sembunyikan lagi. Tiap hari yang ada hanya marah dan memasang muka seram. Aku pun tak peduli bagaimana Ayu. Yang jelas, aku hanya ingin Eddy tahu bahwa aku sayang temanku.
Salah satu alasan mengapa aku tidak memusuhi Ayu adalah karena dia temanku. Teman yang harus aku lindungi seperti saudara. Sama halnya dengan teman-temanku yang lain. Mulai detik itu, aku benci dirinya.
Pepatah bilang, cinta tak boleh di paksa. Tapi cinta pasti memaksa. Ya itulah yang sedang terjadi padaku. Aku mengendalikan diriku sekuat tenaga untuk tidak memaksa Eddy menjauhi Ayu. Sampai-sampai aku tidak menemuinya, tidak mau melihatnya dan menghindarinya. Terlalu sakit hati ini untuk menahan semuanya. Dan bisa-bisa aku gila jika menghiraukannya.
Liburan semester satu tiba. Aku pulang ke rumah dan berjanji tidak akan pernah mengirim pesan apapun pada Eddy. Aku ingin sendiri dan me-refresh hatiku dari segala macam kisah memilukan. Di hari ke empat liburan aku bercerita pada Yumna, bahwa aku ingin eddy sms aku dulu. Ternyata keinginan konyol itu di sampaikan Yumna pada Eddy. Eddy mengirimi sms padaku dengan topik yang bagus. Tapi aku tak sebodoh itu untuk menerima kebahagiaan semu darinya. Aku langsung mendesak Yumna dan dia mengaku.
“Na.. kamu yang nyuruh Eddy sms aku duluan????”
“hehehe… maaf ya May….. aku pengen kamu nggak kangen terus madia”
Bagaimana rasanya jika orang yang kita cintai mau menghubungi kita hanya karena di suruh oleh orang lain? Betapa banyak rasa sakit yang ku telan beberapa bulan terakhir ini. mengapa di saat aku tak lagi mempermasalahkannya, mereka hadir lagi dan memaksaku untuk membenci semuanya.
Sejak malam itu, aku tak pernah berhubungan dengannya lagi. Terlanjur sakit hati ini. entahah… ku putuskan, aku tidak akan mencintai lelaki terlebih dahulu. Ada sedikit rasa trauma tentang sebuah percintaan. Aku harap, dalam tahun ini, tak ada kisah yang demikian. Amin.

SELESAI

Sabtu, 11 Desember 2010

RUU Pemerintah menumbangkan keaslian Indonesia.

Ada dua fenomena menarik yang terjadi di Indonesia tepatnya di kota Jogjakarta. Yaitu meletusnya gunung merapi dan usulan Presiden SBY . setelah meletusnya gunung merapi hingga mencapai radius 30 kilometer, yang menghanguskan sebagian besar pemukiman warga. Kini Jogjakarta di landa ususlan SBY untuk mencabut identitas daerah istimewa di Kota tersebut. Tentunya hal ini membuat warga Indonesia keseluruhan “geger” dan menuntut untuk di batalkan usulan yang kini menjadi RUU itu.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku mengusulkan hal tersebut karena sebuah Negara demokrasi harus memiliki daerah bagian yang demokrasi pula. selama ini Jogjakarta memang di berikan hak khusus untuk menjadi kota yang pemerintahannya di pimpin oleh Raja atau Sultan, bersistem istana sentries dan memegang adat jawa. Pendek kata, kota ini bersistem “monarki”.

Jika dilihat dari system “monarki”nya, tentu saja Jojgja bukan merupakan bagian dari Negara demokrasi seperti Indonesia. Namun perlu di ingat bahwa keistimewaan Jogjakarta merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah dan Jogja sendiri sejak jaman dulu kala. Selama menjadi daerah monarki, rakyat Jogja juga menikmatinya bahkan merasa cocok dengan system tersebut. Dan itulah demokrasi yang mereka inginkan pula. lagipula, arti dasar dari demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Jadi dapat di simpulkan bahwa segala system yang hendak di bentuk harus mendapat persetujuan dari rakyat terlebih dahulu. Lalu, apakah usulan SBY untuk mencabut daerah Istimewa Jogjakarta sudah mendapat persetujuan rakyat secara keseluruhan?

Selain belum mendapat persetujuan dari rakyat, RUU pencabutan daerah Istimewa Jogjakarta juga mengundang banyak resiko. Daerah Jogjakarta adalah satu-satunya warisan turun-temurun dari kebudayaan Indonesia yang masih asli. dan merupakan pusat kebudayaan jawa yang bisa menyokong daerah lain untuk mempertahankan kebudayaannya yang mulai pudar. Jika pusat kebudayaan ini di cabut, dan di samakan dengan kota metropolitan yang lepas kebudayaan. Bagaimanakah nasib kebudayaan yang sekian tahun bahkan sekian abad masih berdiri kokoh tersebut?

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengatakan akan menaruh jabatan Sultan di atas Gurbernur. Jika kita amati, bukankah ha ini hanya menambah-nambahi pekerjaan saja?? bisa jadi setelah system itu dilaksanakan, aka nada dua kekuasaan di dalam kota Jogja sendiri. Yaitu kubu Suntan dan kubu Gurbernur. Bahkan bisa jadi rakyat Jogja lebih mengikuti perintah Sultan daripada perintah Gurbernur. Jelas hal ini mempersulit Gurbernur untuk bertindak dan menjalankan pembangunannya. Rakyat akan lebih patuh pada Sultan dan tak menghiraukan aturan yang di buat oleh Gurbernur dan aparatur Negara setempat. Dengan demikian, pemerintahan akan kembali pada system monarki (kesultanan). Dan usaha Presiden untuk mengubah system monarki itu gagal.

Dampak dari usulan Presiden ini tidak hanya membuat Rakyat resah, tapi juga marah. Rakyat Jogjakarta pun melakukan demo dimana-mana agar di dengar oleh SBY. Namun, suara rakyat sepertinya sama sekali tak di dengar oleh Presiden. Jika hal ini terus berlalu, apakah tidak menyebabkan pertikaian? Jika SBY hendak mengubah Jogjakarta, mengapa tidak sejak dulu kala? Mengapa harus di saat yang begitu kompleks dengan berbagai permasalahan? Ada baiknya tenaga dan pikiran yang sekarang di gunakan untuk hal yang sia-sia, di distribusikan untuk membangun Negara yang banyak permasalahan ini.

Mungkin ususlan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memiliki beberapa sisi baik. Namun sisi baik itu bisa menjadi sisi buruk jika rakyat tidak menyetujuinya. Kasus yang kini menggelitik kota Jogjakarta ini sama halnya mengubah pemerintahan di daerah lain untuk menjadi monarki. Misalnya, Jawatimur yang di pimpin oleh Gurbernur, tiba-tiba di pimpin oleh Raja atau tumenggung. Tentu tidak aka nada yang setuju. Sama halnya dengan Jogjakarta, karena masing-masing daerah di Indonesia memiliki otonomi yang di sepakati dengan pemerintah pusat. Jika di cabut, pemerintah terkesan seperti menjilat ludah sendiri.

Alasan SBY untuk mengubah kota Jogjakarta adalah agar semua daerah berdemokrasi bukan? Namun perlu di ketahui bahwa di Indonesia terdapat daerah yang berbeda dari daerah lain dengan tujuan untuk mempertahankan kebudayaan. Lagipula, hakikat demokrasi adalah hati dan nurani rakyat. Jika di paksakan, apakah ada nurani yang datang karena paksaan? Seharusnya SBY tidak perlu mengubah system pemerintahan di Jgjakarta. Yang harus di lakukan SBY adalah menerapkan dan memperbaiki system demokrasi di dalam keraton, melalui program kerja dan sikap sultan sendiri terhadap rakyatnya. Dengan begitu, tak ada lagi protes yang berkepanjangan dan dampak negatif yang mulai merambat kemana-mana.

Love is...
© membuka dunia! - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace