Mengenai Saya

Foto saya
saya adalah saya, bukan anda atau dia.

Jumat, 31 Desember 2010

2010 in memories

Sebetulnya aku sudah bosan menceritakan kisah yang melankolis. Tapi apa mau dikata? Jika kehidupanku memang selalu di ributi oleh kesedihan dan kekesalan. Kali ini kisahku berawal dari bulan maret 2010 lalu. Aku tak sengaja memiliki teman yang… yah begitulah. Dia tak tampan, tak juga rupawan, dia tak juga bergelimang harta. Tetap mengapa gayanya seperti superstar? Mungkin syair lagu itulah yang sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana dirinya. Sebut saja Eddy. Kami beda jurusan, kami juga tidak seorganisasi. Entah bagaimana awalnya perkenalan kami, aku pun lupa. Yang pasti dari perkenalan itu menjadikan aku tak bisa berpikir logis dalam beberapa bulan di tahun kemarin.
Tak banyak orang yang tahu ketika aku dan Eddy berteman. Mungkin hanya beberapa orang dekatku yang sengaja ku beritahu. Lagipula, hal itu tak harus di sebar luaskan bukan? Toh aku bukan selebriti yang harus di liput kemana saja perginya. Meskipun beberapa orang yang ku curhati tentang dirinya tidak setuju jika aku berteman dengan Eddy. Aku tetap beranggapan bahwa dia orang baik. Sekalipun dia sering berbicara keras dan tak sopan. Dan tidak segera menyadari kesalahannya. Paling menyebalkan, dia tak pernah mau mengakui kesalahan dan minta maaf pada orang yang punya masalah dengannya. Namun menurutku, itu urusannya, bukan urusanku.
Pertemananku dengan Eddy hanya di dunia maya. Kami sering saling mengirim pesan di facebook dan sms-san. Banyak teman dekatku yang mengingatkanku agar aku tidak meresponnya. Bisa jadi cinta!! Itu kata mereka. Tapi masa bodoh. Jelas tidak mungkin kami berteman melebihi batas. Aku sudah punya Syahrul yang setia menunggu kepulanganku di rumah. Dan dia….. entahlah. Dia bilang padaku, dia tak mencintai siapapun, tapi dengar-dengar, dia sedang dekat dengan beberapa adik kelas yang mengaguminya. Juga beberapa cewek yang tergila-gila padanya. Ada info juga kalau dia dan mantan pacarnya masih berkomunikasi dengan baik. Aku tak tahu dan aku tak peduli.
aku dan Eddy jarang sekali bertemu dan berkomunikasi layaknya seorang teman. Jika kami kebetulan satu bus atau satu meja di kantin, dia selalu diam atau terlihat kikuk. Aku tak tahu mengapa dia harus bersikap demikian. Aku sih cuek saja. lagi pula masih banyak masalah yang perku ku urus daripada mencari fakta mengapa dia bersikap begitu. Tapi kediamannya ketika bertemu denganku dengan sms yang dia kirim tiap hari membuatku merasa ada yang perlu di pastikan.
Pernah aku merasa sangat jengkel dengan Syahrul karena dia terlalu sibuk mengurus pekerjaannya. Sampai-sampai melupakanku yang sedari tadi menelpon dan mengirimnya sms. Dan waktu itu aku butuh sekali bercerita pada orang lain untuk melegakan dadaku. Akhirnya aku bercerita pada Eddy di sms.
“Ed.. kamu pernah jatuh cinta nggak???”
Tanyaku untuk mengawali percakapan.
“ya pernahlah…. Kenapa emang??? Kamu lagi falling in love ya???? ngaku aja deh. Ma siapa???”
“nggak juga. Aku lagi kesel aja sama Syahrul…..”
“siapa tuh???”
“HTSku di rumah.”
“masalahnya apa???”
“dia selalu nggak ada waktu buat aku. Selalu aja ngurusin pekerjaan. Cewek mana yang nggak kesel kalo nggak pernah di perhatiin kayak gini???”
Balasku dengan nada-nada emosi tinggi.
“kok dia gitu??? Maunya apa coba??”
“tau deh….. kesel aku ma dia. Emang ya.. semua cowok tuh kayak gitu. EGOIS!!!”
“sabar ya… nggak semua cowok kayak gitu kok. ”
Aku menghela napas. Tetap saja menurutku sama. Sama-sama buaya yang siap menerkam makhluk cantik bernama wanita.
Sejak curhat tentang Syahrul itu, aku jadi sering cerita pada dia tentang semua yang ku alami. Tentang masalah yang menimpaku, tentang perasaanku pada Syahrul dan begitu pula sebaliknya. Dia juga sering sekali menceritakan siapa saja yang pernah di cintainya. Kami jadi semakin dekat di dunia tanpa batas itu.
Hingga suatu hari terjadilah sesuatu…..
Dia pernah bercerita tentang perasaannya pada Alida, teman sekamarku di kos-kosan. Pada awal tahun dia pernah memendam rasa pada anak kalem itu. saat aku bilang aku sekamar dengan Alida, dia jadi sering menitipkan salam pada temanku itu. mulanya aku bersikap biasa saja. jika dia menitipkan salam, maka aku juga menyampaikannya. Tapi lama-lama ada sesuatu yang berbeda saat dia terus-terusan mengirim salam untuk Lida. Ada semacam perasaan tak rela jika Eddy bersikap begitu baik pada gadis itu.
“Maya.. aku titip salam buat Lida ya??? ya??? ya???”
Lagi-lagi pesan itu yang terpampang di layar hpku. Aku menghela napas. Bosan aku membalas ocehan tak berarti seperti itu.
“kok nggak di bales sih May…??? Sibuk ya?????”
Sibuk??? Iya, sibuk memikirkanmu!! Makiku dalam hati.
“nggak pa-pa…… “
“salamin yah????”
“hmm…..”
Balasku seadanya.
“kok gitu jawabannya??? Kenapa???”
“nggak pa-pa…. udah deh ngak usah ngomongin dia lagi.”
“kamu lagi tengkar ma dia???”
Aduh… dia itu pura-pura bodoh atau memang sebenarnya bodoh sih???
“aku nggak suka…….”
“oh…. Jadi kamu nggak suka kalo selama ini aku ngomongin dia???”
“pikir sendiri!!!”
Rasanya aneh sekali saat aku bertingkah seperti itu. jika di pikir logis, untuk apa aku berlaku demikian? Bukankah aku dan dia hanya sebatas teman???? Mengapa harus merasa tak rela??? Cemburu kah aku???
*

Semakin hari rasa itu semakin kuat. Dan aku tahu aku telah jatuh hati pada Eddy. Tapi aku sadar, Eddy tak mungkin mencintai aku. Sampai akhirnya aku merasa perlu mengutarakan rasa cinta ini padanya sebagai sebuah pernyataan. Bukan pertanyaan. Aku menuliskan beberapa larik puisi untuknya di facebook. Aku memberi judul, aku mencintaimu. Lalu menulis di catatan lagi dengan judul, saat kita masih berteman. Dan masih banyak lagi catatan-catatan mengenai dirinya. Tak lupa aku menghiasi blogku dengan kisah-kisah tentang Eddy, Eddy dan Eddy. Just Eddy in my brain. Tapi dia tak kunjung merespon puisi itu. paling-paling dia berkata “ bagus. Buat siapa???” dan aku benci saat itu.
Aku tak bisa terus-terusan menahan seperti ini. aku harus cepat-cepat berkata padanya. Dalam kesempatan yang sangat bagus. Aku menelponnya. Memberitahunya kalau aku mencintainya sejak lama.
“iya, aku cinta kamu, Ed…. Udah lama.”
“aku udah tahu kok…… “
Oh.. ternyata dia sudah tahu kalau aku mencintai dia.
“tapi ini pernyataan, bukan pertanyaan. Jadi kamu nggak perlu jawab atau mereson apapun.”
“hahaha. Aku dah biasa kok di giniin orang.”
Aku ikut tertawa. Dasar sombong!!! Aku berharap, aku bisa bertahan dengan sikapku yang biasa saja.
Waktu terus bergulir. Perasaanku tak kunjung surut. Malah makin hari makin bertambah. Oh… tidak!!! Karena tak kuat dan ingin segera mengakhiri ini semua, aku pun menghapus dan memblokir dia dari facebookku. Dia bertanya-tanya. Tapi aku hanya diam. Lagi pula tak mungkin aku menceritakan kalau aku cemburu melihat dia masih saling mengirim pesan dengan manta pacarnya??? Memang nya aku siapanya??? Tak berhenti disitu saja, aku juga jarang membalas smsnya dan lebih sering mengabaikannya.
Tapi, aku tak mungkin bisa jauh darinya. Aku pun kembali meresponnya dan berteman baik dengannya. meskipun sakit karena tahu kenyataan bahwa dia tak pernah mencintaiku. Ku jalani hubungan tidak jelas ini sampai bulan oktober. Saat itu, semua temanku tahu kalau aku mencintai dirinya. Ya, ada yang complain, ada yang mendukung dan ada yang biasa saja. aku tak peduli. Aku mencintai dia, bukan berarti aku bisa di miliki. Aku mengatakan perasaanku, bukan berarti aku menawarinya pacaran. Bukan begitu????
Aku masih ingat tanggal dimana aku mencucurkan air mata selama tiga hari. Tanggal 6 oktober 2010. Waktu itu, seorang teman bernama Alda memberitahuku bahwa Ayu, teman sekelasku jadian dengan Eddy secara diam-diam. Aku tak ingin gegabah. Aku ingin melacak kebenarannya terlebih dulu. Aku meminta beberapa orang saksi yang mengetahui masalah itu untuk bicara. Dan ternyata benar, Eddy jadian dengan Ayu secara sembunyi-sembunyi. Entah kemana larinya logika yang selama ini aku dewakan. Seketika itu perasaanku hancur berkeping-keping. Rasanya sakit sekali. Seperti di hunus besi lancip yang panas, yang baru saja di angkat dari tungku dan berwarna merah menyala. Kau tahu, sakit sekali.
Esoknya aku selesaikan semua masalah ini. aku tanyai Ayu tentang kebenarannya dan dia mengiyakan semua pertanyaanku. Aku hanya bisa tersenyum. Tersenyum melihat diriku yang begitu bodoh untuk terjun dalam kisah percintaan. Dan sakit hati karena cemburu yang tak beralasan.
Ku kira semua akan berhenti sampai disitu saja. ternyata dugaanku salah. Aku harus kembali menyelesaikan masalah nama baik Ayu yang tercemar karena merebut Eddy dari tanganku. Memang, semua teman mengutuknya. Semua teman membicarakan mereka berdua yang tega melakukan itu. bahkan, mereka semua menyurhku untuk memusuhinya. Tap aku harus professional. Bukankah aku bukan siapa-siapa??? Aku membantu mereka menyelesaikan masalah ini. aku mempertemukan Eddy dan Ayu di sebuah tempat untuk berunding. Setelah lelaki bernama Eddy itu menyakitiku, barulah kini kulihat batang hidungnya. Melihatnya dari dekat. Dan jujur saja, aku bahagia sekali bisa berdekatan dengannya. meskipun aku harus terhalang tubuh Ayu.
Namun pertemun itu memang tak pernah berujung bahagia jika di lihat dari sisiku. Mengapa?? Yang pertama, aku harus berperan sebagai pengacara mereka yang seolah-olah aku tak pernah memiliki masalah dengan mereka. Aku sama sekali tak di gubris. Bukankah seharusnya mereka yang datang ke tempatku dan meminta maaf padaku??? Yang kedua, aku harus melihat mereka berbincang-bincang dengan begitu akrabnya. Oh…. Tidak!!!! Jujur, hatiku terasa sakit sekali. Tapi aku memang manusia yang di ciptakan untuk memiliki ekspresi muka yang banyak. Aku pun masih tersenyum di depan mereka. Padahal kau tahu, tersenyum dalam keadaan ingin menangis bukanlah hal yang mudah.
Setelah nama baik Ayu pulih. Aku ingin semuanya berhenti. Tapi tak semudah itu. ternyata Eddy kembali hadir ke kehidupanku dengan cara yang kurang baik. Dia terjangkin masalah dengan anak kelasku dan kali ini posisinya salah. Tentu aku marah. Marah sekali. Aku rela jika diriku yang merasa sakit dan merana. Tapi aku tidak akan terima jika ada yang menyentuh teman-teman kelasku. Kemarahanku tak bisa ku sembunyikan lagi. Tiap hari yang ada hanya marah dan memasang muka seram. Aku pun tak peduli bagaimana Ayu. Yang jelas, aku hanya ingin Eddy tahu bahwa aku sayang temanku.
Salah satu alasan mengapa aku tidak memusuhi Ayu adalah karena dia temanku. Teman yang harus aku lindungi seperti saudara. Sama halnya dengan teman-temanku yang lain. Mulai detik itu, aku benci dirinya.
Pepatah bilang, cinta tak boleh di paksa. Tapi cinta pasti memaksa. Ya itulah yang sedang terjadi padaku. Aku mengendalikan diriku sekuat tenaga untuk tidak memaksa Eddy menjauhi Ayu. Sampai-sampai aku tidak menemuinya, tidak mau melihatnya dan menghindarinya. Terlalu sakit hati ini untuk menahan semuanya. Dan bisa-bisa aku gila jika menghiraukannya.
Liburan semester satu tiba. Aku pulang ke rumah dan berjanji tidak akan pernah mengirim pesan apapun pada Eddy. Aku ingin sendiri dan me-refresh hatiku dari segala macam kisah memilukan. Di hari ke empat liburan aku bercerita pada Yumna, bahwa aku ingin eddy sms aku dulu. Ternyata keinginan konyol itu di sampaikan Yumna pada Eddy. Eddy mengirimi sms padaku dengan topik yang bagus. Tapi aku tak sebodoh itu untuk menerima kebahagiaan semu darinya. Aku langsung mendesak Yumna dan dia mengaku.
“Na.. kamu yang nyuruh Eddy sms aku duluan????”
“hehehe… maaf ya May….. aku pengen kamu nggak kangen terus madia”
Bagaimana rasanya jika orang yang kita cintai mau menghubungi kita hanya karena di suruh oleh orang lain? Betapa banyak rasa sakit yang ku telan beberapa bulan terakhir ini. mengapa di saat aku tak lagi mempermasalahkannya, mereka hadir lagi dan memaksaku untuk membenci semuanya.
Sejak malam itu, aku tak pernah berhubungan dengannya lagi. Terlanjur sakit hati ini. entahah… ku putuskan, aku tidak akan mencintai lelaki terlebih dahulu. Ada sedikit rasa trauma tentang sebuah percintaan. Aku harap, dalam tahun ini, tak ada kisah yang demikian. Amin.

SELESAI

Sabtu, 11 Desember 2010

RUU Pemerintah menumbangkan keaslian Indonesia.

Ada dua fenomena menarik yang terjadi di Indonesia tepatnya di kota Jogjakarta. Yaitu meletusnya gunung merapi dan usulan Presiden SBY . setelah meletusnya gunung merapi hingga mencapai radius 30 kilometer, yang menghanguskan sebagian besar pemukiman warga. Kini Jogjakarta di landa ususlan SBY untuk mencabut identitas daerah istimewa di Kota tersebut. Tentunya hal ini membuat warga Indonesia keseluruhan “geger” dan menuntut untuk di batalkan usulan yang kini menjadi RUU itu.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku mengusulkan hal tersebut karena sebuah Negara demokrasi harus memiliki daerah bagian yang demokrasi pula. selama ini Jogjakarta memang di berikan hak khusus untuk menjadi kota yang pemerintahannya di pimpin oleh Raja atau Sultan, bersistem istana sentries dan memegang adat jawa. Pendek kata, kota ini bersistem “monarki”.

Jika dilihat dari system “monarki”nya, tentu saja Jojgja bukan merupakan bagian dari Negara demokrasi seperti Indonesia. Namun perlu di ingat bahwa keistimewaan Jogjakarta merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah dan Jogja sendiri sejak jaman dulu kala. Selama menjadi daerah monarki, rakyat Jogja juga menikmatinya bahkan merasa cocok dengan system tersebut. Dan itulah demokrasi yang mereka inginkan pula. lagipula, arti dasar dari demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Jadi dapat di simpulkan bahwa segala system yang hendak di bentuk harus mendapat persetujuan dari rakyat terlebih dahulu. Lalu, apakah usulan SBY untuk mencabut daerah Istimewa Jogjakarta sudah mendapat persetujuan rakyat secara keseluruhan?

Selain belum mendapat persetujuan dari rakyat, RUU pencabutan daerah Istimewa Jogjakarta juga mengundang banyak resiko. Daerah Jogjakarta adalah satu-satunya warisan turun-temurun dari kebudayaan Indonesia yang masih asli. dan merupakan pusat kebudayaan jawa yang bisa menyokong daerah lain untuk mempertahankan kebudayaannya yang mulai pudar. Jika pusat kebudayaan ini di cabut, dan di samakan dengan kota metropolitan yang lepas kebudayaan. Bagaimanakah nasib kebudayaan yang sekian tahun bahkan sekian abad masih berdiri kokoh tersebut?

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengatakan akan menaruh jabatan Sultan di atas Gurbernur. Jika kita amati, bukankah ha ini hanya menambah-nambahi pekerjaan saja?? bisa jadi setelah system itu dilaksanakan, aka nada dua kekuasaan di dalam kota Jogja sendiri. Yaitu kubu Suntan dan kubu Gurbernur. Bahkan bisa jadi rakyat Jogja lebih mengikuti perintah Sultan daripada perintah Gurbernur. Jelas hal ini mempersulit Gurbernur untuk bertindak dan menjalankan pembangunannya. Rakyat akan lebih patuh pada Sultan dan tak menghiraukan aturan yang di buat oleh Gurbernur dan aparatur Negara setempat. Dengan demikian, pemerintahan akan kembali pada system monarki (kesultanan). Dan usaha Presiden untuk mengubah system monarki itu gagal.

Dampak dari usulan Presiden ini tidak hanya membuat Rakyat resah, tapi juga marah. Rakyat Jogjakarta pun melakukan demo dimana-mana agar di dengar oleh SBY. Namun, suara rakyat sepertinya sama sekali tak di dengar oleh Presiden. Jika hal ini terus berlalu, apakah tidak menyebabkan pertikaian? Jika SBY hendak mengubah Jogjakarta, mengapa tidak sejak dulu kala? Mengapa harus di saat yang begitu kompleks dengan berbagai permasalahan? Ada baiknya tenaga dan pikiran yang sekarang di gunakan untuk hal yang sia-sia, di distribusikan untuk membangun Negara yang banyak permasalahan ini.

Mungkin ususlan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memiliki beberapa sisi baik. Namun sisi baik itu bisa menjadi sisi buruk jika rakyat tidak menyetujuinya. Kasus yang kini menggelitik kota Jogjakarta ini sama halnya mengubah pemerintahan di daerah lain untuk menjadi monarki. Misalnya, Jawatimur yang di pimpin oleh Gurbernur, tiba-tiba di pimpin oleh Raja atau tumenggung. Tentu tidak aka nada yang setuju. Sama halnya dengan Jogjakarta, karena masing-masing daerah di Indonesia memiliki otonomi yang di sepakati dengan pemerintah pusat. Jika di cabut, pemerintah terkesan seperti menjilat ludah sendiri.

Alasan SBY untuk mengubah kota Jogjakarta adalah agar semua daerah berdemokrasi bukan? Namun perlu di ketahui bahwa di Indonesia terdapat daerah yang berbeda dari daerah lain dengan tujuan untuk mempertahankan kebudayaan. Lagipula, hakikat demokrasi adalah hati dan nurani rakyat. Jika di paksakan, apakah ada nurani yang datang karena paksaan? Seharusnya SBY tidak perlu mengubah system pemerintahan di Jgjakarta. Yang harus di lakukan SBY adalah menerapkan dan memperbaiki system demokrasi di dalam keraton, melalui program kerja dan sikap sultan sendiri terhadap rakyatnya. Dengan begitu, tak ada lagi protes yang berkepanjangan dan dampak negatif yang mulai merambat kemana-mana.

Selasa, 23 November 2010

SEBUAH PILIHAN

di penghujung rindu
kau datang padaku..
dengan seikat cinta yang sederhana
tanpa polesan apapun jua......

di malam yang kelam
terasa mengerikan
kau tiba dengan basah kuyub
tanpa motif, kau tulus tuk menemani aku

meski..
bukan kau yang ku inginkan datang
meski bukan kau yang ku ingin kan menjadi teman
di kala malam tiba
ku bahagia....
karena masih ada ketulusan dari balik jiwamu

meski..
cinta dan hatiku kian terpaut pada satu rindu
pada satu cinta
namun apa salahnya, ku tetapkan pilihan
tuk mulai mencintamu.......

(untuk "kamu" yang ingin ku cintai setulusnya)

Selasa, 09 November 2010

mengapa terus begini???

kegalauan yang selama ini berujung duka, tak ingin berpindah ke orang lain jua. masih tetap berada dalam dekapku dan menggerogoti hatiku. hingga sulit bagiku untuk berdiri, sulit bagiku untuk menerima kenyataan bahwa inilah yang kau inginkan. entahlah... hanya nyala hati ini yang bisa menerangiku di antara gelap yang kau buat. hingga aku bisa merangkak dan menemukan jalan tuk kembali. tapi entah sampai kapan???

berulang kali kaki ini menapakkan ujungnya pada bumi yang kian menggelegar dengan kokohnya.dan seiring itu, ku temui beberapa manusia yang sempat membuatku terpaut oleh hatinya. tapi tak seorang pun bisa mengerti bahwa aku ingin sedikit bersandar dari kelelahan karena ketersesatan ini.

cinta yang selama ini ku anggap agung, ku anggap bisa menyatu dengan hidupku hanyalah khayalan yang menyakitkan. hanyalah pesimistis yang membara dan jatuh bangun yang membuat luka. tapi entah apa yang sedang di perbuat manusia, termasuk aku. bahwa meski menyakitkan, aku masih ingin terus merasakannya.

duhai engkau.......
yang kini sedang berpikir bahwa aku adalah ular, bahwa aku adalah penjahat,
sungguh, tiada hati yang bisa menggantikanmu di otakku, di hatiku dan di penglihatan jua pendengaranku.
meski begitu pahit kau sampaikan bahwa kumbang tak lagi cinta dengan bunga, aku terima. aku rela......
aku hanya ingin kau mengerti, sedikitpun aku tak pernah membencimu, tak pernah menyalahkanmu, tak pernah memusuhimu, dan tak pernah mengusirmu dari orbitku.
sama seperti bunga yang akan menerima kumbang kapana saja dan dalam keandaan bagaimana.

NB. untuk "kamu" aku masih sangat-sangat mencintaimu... sungguh.....

Sabtu, 30 Oktober 2010

bagaimana anda mengartikan kata "mengasuh"?

bagaimana anda mengartikan kata"mengasuh"? jika di lihat di kamus besar bahasa indonesia, mengasuh adalah mengarahkan seseorang menjadi baik dan sesuai dengan aturan yang ada di begara maupun agama.
lalu bagaimana dengan metode mengasuh itu sendiri? selama ini, kita mengartikan kata mengasuh adalah mengarahkan menjadi lebih baik dengancara apapun. bahkan banyak di di bagian elemen masyarakat dan lembaga-lembaga pendidikan yang mengartikan kata mengasuh dengan metode yang kurang pas. contoh, seperti membesar-besarkan masalah yang sekiranya tidak begitu mendasar, memarahi anak-anak yang berbuat nakal secara berlebihan dan paling buruk dan sering terjadi di golongan tua adalah dimana ketika seseorang melakukan perbuatan buruk, maka selamanya dia akan di katakan buruk meskipun dia sudah berubah.
cara mengartikan kata mengasuh demikian itu lah yang harus di ubah. caranya??
metode mangasuh seseorang di jaman sekarang dan jaman dulu sangatlah berbeda. manusia yang hidup di jaman dulu harus dan wajib menyesuaikan diri dengan jamannya. suatu keadaan di katakan usang, buruk dan tumpang, jika tidak dapat sesuai dengan jamannya.
sama halnya denga mengasuh seseorang.
orang yang bijak dan peduli dengan ketertiban suatu lingkungan, akan mengarahkan suatu tempat itu menuju yang lebih baik dengan tindakan yang bijak pula. metode yang di ambil juga harus sesuai dengan apa yang di tanganganinya. jika mengatasi seseorang yang mudah di omongi, mudah di ajak bertukar pikiran, mungkin akan mudah bagi seseorang untuk mengasuhnya tanpa peluh dan pengorbana yang begitu besar. tapi lain lagi jika seorang pengasuh menemui anak asuh/seseorang yang di asuhnya adalah anak yang keras, bandel, nakal dan tidak mau berubah. maka kita harus memiliki tenaga ekstra untuk mengasuhnya.
namun, tenaga ekstra yang di kasud disini bukanlah tenaga okol yang hanya bisa meperpara keadaan. namun, tenaga ekstra yang di maksud adalah berupa pengorbanan dan siap menjadi tumpuan bagi si anak yang di asuh.
mungkin metode yang di tawarkan disini bukanlah metode yang mudah di jalani. karena sama dengan yang di utarakan di atas, bahwa seorang pengasuh harus mengasuh seseorang dengan penuh pengorbanan.
seorang pengasuh harus mengasuh seseorang dengan hati. bertindak dengan hati. harus mengetahui faktor X mengapa seseorang bisa menjadi tidak beres. dan harus memperlakukan orang yang di asuh seperti diri kita sendiri. memberinya kasih sayang, melindunginya, tidak memarahi seseorang yang di asuhnya itu saja, namun juga di tunjukkan jalannya yang salah itu dengan bijak.
dan kunci dari mengasuh adalah sabar dan sayang. sabar dalam menghadapi perlawanan dan memberikan kasih sayang tanpa batas pada seseorang yang di asuh. mungkin ini butuh waktu lama karena seseorang yang kita asuh harus mengerti perlahan-lahan tentang dirinya dan maksud baik kita. dan jangan-sekali-kali memberikan tekanan pada mereka. masih ingat mahatma gandhi yang mempersatukan India tanpa kekerasan bukan?
pendapat ini di dasari dari kegigihan mahatma gandhi dalam mendamaikan rakyatnya. dan semoga bisa menambah pengetahuan bagi yang tidak tahu, dan menjadi peringatan bagi yang mengasuh tapi dengan cara yang tidak pas pada jamannya.

Sabtu, 23 Oktober 2010

tidak akan ada yang bisa

meskipun kau menggempur aku dengan batu pualam,
palu godam dan serpihan kaca
aku akan tetap berdiri tegak
menatap matamu yang besar namun telah menciut karena kepicikanmu
meskipun kau berusaha memecahkan ikatan darah ini
dengan kecerdasan dan keuletanmu dalam bersilat lidah
kami tetap tak pernah terkalahkan
kau hanya debu di antara pasir
yang tak pernah masuk dalam perhitungan apapun

Selasa, 12 Oktober 2010

ternyata begitu banyak koruptor dimana-mana

mungkin Indonesia bisa menjadi negara yang adi kuasa minimal menjadi macan asia. begitu banyak sumber daya alam yang mahal yang jarang di dapatkan di negara lain. begitu banyak manusia yang pergi keluar negeri untuk mendapatkan beasiswa karena kecerdasannya. dan masih banyak lagi keahlian Indonesia yang tidak bisa di sebutkian satu persatu. namun, mengapa indonesia belum mencapai macan asia? bahkan untuk mempertahankan kebudyaan sendiri saja masih belum maksimal? apakah faktor yang mendasari datangnya keganjilan ini???

jawaban dari pertanyaan diatas sebenarnya sudah di ketahui oleh sebagian besar rakyat indonesia. bahkan kebanyakan manusia di Indonesia faham akan keburukan tersebut. namun, masyarakat indonesia masih enggan untuk meninggalkan keburukan yang kini mendarah daging dan di jadikan kebudayaan yang menggerogoti bangsa. apakah keburukan tersebut???

kita tidak perlu munafik dengan apa yang sudah menimpa negara kita yang memprihatinkan ini. bahwa budaya korupsi sudah merajalela dan menduduki kekuasaan paling atas di penjuru negeri. dari penjual asongan sampai pejabat tinggi. sampai-sampai generasi penerus bangsa yang seharusnya menjadi tonggak pembangunan ikut menjadi pelaku utama dalam amsalah ini.

begitu banyak siswa atau siswi yang kini duduk rapi di sekolah, yang bersembunyi di balik kursi sekolah dan buku-buku tebal yang tidak berjumah sedikit. ternyata hanya seorang kuruptor. saya tidak mengatakan semua. tapi mayoritas siswa atau siswi telah belajar menjadi koruptor dengan cara mencontek, membuka buku saat ulangan sampai-sampai menggunakan sistem yang luar biasa canggih agar aksinya itu tidak di ketahui guru maupun teman-temannya.

aksi pembodohan ini sangat sering terjadi di sekolah-sekolah. di lihat dari filosofinya, ini adalah yang sangat memprihatinkan. jika yang kecil saja bisa berbuat seperfect ini, bagaimana jika dia DUDUK DI KURSI PEMERINTAHAN??????

ada sebuah cerita di sebuah sekolah tentang bagaimana seorang koruptor berjalan dan tidak di ketahui aksinya sampai dia menjadi terkenal dan membuat semua orang kagum. kebetulan, saya mengikuti perkembangannya karena kebetulan saya adalah temannya.

dia adalah anak yang cerdas, cantik, dan pandai. semula saya mengira dia adalah sosok yang disiplin dan tidak pernah melakukan aksi pembodohan. sejak saya menjadi temannya, saya sangat kagum dengan kepribadiannya yang selalu nampak jujur.

suatu ketika, saya duduk di belakang karena ada masaiah dengan beberapa teman yang duduk di depan. saat ulangan, saya melihat banyak sekali siswa/i yang membuka buku dan berbisik-bisik. saat itu mata saya menangkap bayangannya yang sedang membuka buku dengan santainya. seketika itu saya kaget. saya tidak menyangka begitu pendeknya pikirannya untuk melakukan hal itu.

hari berikutnya saya menyindir dia kalau ternyata banyak yang berbuat curang dan seharusnya ulangan kemarin harus di ulang kembali. bukannya marah atau apa, dia malah berusaha membenarkan ucapan dan perbuatannya dengan logikanya dan pengetahuannya yang lumayan bagus.

berarti, berapa lama dia menjadi koruptor?????

dari cerita ini bisa di simpulkan beberapa hal.

jangan tertipu dengan apa yang di lihat saja. karena sebenarnya siapapun bisa menjadi koruptor. sebagai guru, seharunya lebih selektive menilai murid. jangan tertipu dari penampilan depan yang nampaknya menurut saja. tapi di belakang menjelma menjadi serigala yang siap mengkhianati anda kapan saja.

sebagai murid, jangan sekali-kali ikut budaya seperti itu. karena budaya yang di pupuk sejak dini, akan mendarah daging dan merusak pribadi bangsa yang luhur.

janganlah sekali-kali membodohi diri sendiri karena aksi pembodohan lebih bodoh dari kebodohan itu sendiri.

Kamis, 30 September 2010

apakah keadilan itu????

keadilan adalah sebuah perlakuan yang seimbang antara dua benda atau lebih. namun sepertinya, pengertian ini tidak kita cerna secara mendalam. kita masih terpatok oleh sebuat pengertian yang kontekstual. padahal dalam pengertian ini ada makna lain yang biasanya kita lupakan.

banyak kita jumpai, keadilan itu adalah di bagi rata dan sama. meskipun keadaan dua belah pihak tidak sama. contoh: seorang aorang tua memberikan uang saku pada dua anaknya dengan jumlah yang sama. yaitu 5000 perhari. padahal dua anaknya ini berbeda jenjang. yaitu yang satu SMA dan yang satu lagi SD. banyak manusia mengatakan bahwa kejadian itu adalah yang benar. karena keadilan yang mereka serap adalah dimana keadaan seimbang tanpa memperdulikan keadaan dua benda yang sedang di adili tersebut. dan itu salah total di berbagai masalah yang sama dengan cerita itu. lalu bagaimana dengan keadilan yang benar????

seimbang bukan hanya di nyatakan dalam pembagian beberapa buah benda yang sama. sama disini berarti sama keadaan, bukan sama dalam artian bentuk saja. contoh : seorang ibu memberikan dua bendah benda yang berbeda pada dua anaknya. yaitu yang besar untuk yang dewasa, dan yang kecil untuk yang masih SD. inilah situasi yang di katakan adil. karena kebutuhan sang anak yang dewasa lebih besar daripada anak yang kecil.

demikian pula banyak fenomena yang kita jalani sehari-hari. hendaknya kita perlakukan sesuai porsinya.

Selasa, 21 September 2010

mengubah tekanan jadi aturan yang nyaman

mungkin bab ini sudah berulang kali di bahas oleh pakar-pakar sosiologi dan psikologi. tapi mungkin apa yang akan di jabarkan disana sedikit berbeda dengan yang ada disini. mengapa demikian? mari kita simak sekelumit pembahasan plus tips untuk mengubah hidup orang tua dan anak lebih baik dan tanpa tekanan.
remaja adalah masa dimana seseorang sedang melepas dunia kanak-kananya dan sedang beranjak ke dunia orang dewasa. semua komponen yang ada di remaja akan terganggu. banyak orang menyebutkan kalau remaja adalah fase paling susah untuk di lalui. karena di masa ini remaja akan merasakan hal yang tak pernah dia rasakan. contohnya, dia tahu kalau menang sendiri itu tidak benar. tapi entah mengapa remaja begitu hobby melakukan itu. tenang kawan, itu manusiawi.
ada remaja yang akan mendapatkan banyak tekanan hingga dia tidak bisa lagi mengelak meskipun mereka ingin sekali berontak dari "lingkaran setan"namun ada juga tekanan yang membuat hidup mereka lebih teratur dan di perlukan.
tapi siapa sih yang akan betah dengan sesuatu yang bernama tekanan?
oke kawan. orang yang di berikan tekanan negatif akan berdampak buruk. contohnya melunjak, tidak beretika dan selala macam. dan untuk merubah semua ini sangat sulit. terlebih jika tekanan itu di pupuk seak awal remaja. apalagi saat rejama??????
tapi kadang ada juga remaja nakal yang sengaja mengatakan aturan orang tua sebagai tekanan yang mengganggu padahal itu maksudnya baik sekali.
lalu bagaimana caranya membedakan mana yang tekanan dan mana yang aturan???
disini kami membutuhkan peran aktiv orang tua untuk lebih mengerti anak-anaknya. pertama, orang tua harus bersikap bijaksana. jangan marahin anak terus sekali-kali ajak anak anda jalan-jalan saat dia bersalah. lalu selipkan beberapa nasihat saat anda dan dia refreshing. dan untuk si anak, tolong dong dengerin mama ngomong dan terjemahkan omongan mama itu lewat hati. jangan lewat pikiran aja.
yang kedua, cobalah saling terbuka antara orang tua dan anak. sekecil apapun masalah yang sedang di hadapi. usahakan orang tua sekali tahu. bukannya saya mengarkan untuk manja. apa salahnya sih cerita? kan orang tua kita adalah orng pertama yang mencintai kita. iya nggak???
untuk Ibu dan Bapak tak perlu ambil pusing juga, janganlah anda menyimpan semuanya sendiri jika itu perlu di jelaskan dan di beritahukan pada anak. dengan begitu aturan yang anda buat untuk membentengi anak anda dari mara bahaya akan sedikit-demi sedikit terselelsaikan.
dan yang terakhir, buatlah aturan yang ada sebagai objek kesadaran. ini untuk pihak orng tua dan anak juga. dan usahakan aturan itu di sepakati berdua. layaknya janjian dengan pacar gitu......
insyaallah dengan beberapa hal itu, tekanan tidak lagi keluar dari mulut anak anda. anak-anak juga akan menyadari betapa pentingnya "police line" dari orang tua.
sekian. semoga sekilas info ono bermanfaat bagi yang membacanya. klik pertanyaan di sebelah kiri jika anda menginginkan penjelasan. :)

Jumat, 03 September 2010

semoga kamu ngerti apa yang terjadi denganku

aku nggak bakal menafikan diri kalo aku sebel banget sama kamu. mungkin bagi kamu ini BIASA AE. seperti yang pernah kamu bilang orang kamu cuma mikirin aku sebesar 1% AJA. iya kan???
itu urusanku bukan urusanmu. paling gitu jawabanmu saat kamu ngerti kalo aku bener-bener EMOSI. dan tanggal 2 sepetember kemarin bikin aku membulatan tekad buat NGELUPAIN KAMU selamanya.
emang, aku nggak berhak ngelarang kamu jalan sama siapapun. sama MANTAN kamu kek, sama PACARA BARU kamu kek, sama SELINGKUHANMU kek. itu emang bukan urusanku.
tapi aku kira kamu udah cukup pintar buat ngerti gimana rasanya CEMBURU. dan aku yakin kamu juga pernah ngerasain itu.
karena itu aku hapus list Fb kamu. dan blokir kamu di FB. coz aku BENER-BENER SEDANG MARAH. kamu tau sendiri kan kali aku nggak pernah main-main sama apa yang aku lakukan.eh.. kamunya ngajak bercanda.
kamu kira aku nggak punya hati?? apa maksud kamu emang sengaja biar aku nangis dan nggak ganggu kamu lagi???
shIT!! TAK KASIH TAHU YA BRO......
MESKIPUN GAK KAMU GITUIN, AKU TETEP BAKAL NGELUPAIN KAMU DAN NGGAK BAKAL INGET MA KAMU LAGI.
lagian aku udah lupa tuh dimana ya kita ketemu?
terus, kok bisa aku ketemu orang kayak kamu????
hmm?????
aku nulis ini bukan buat kamu simpati, im3, terharu ato apa. aku cuma ngasih tahu ke kamu
NIH KAMU BEBAS TANPA AKU
DAN AKU NGUCAPIN SELAMAT, KAMU UDAH BERHASIL BIKIN AKU TRAUMA UNTUK KEDUA KALINYA
BUAT BERCINTA. PUAS LOE!!!!!!!
AND CATAT...... AKU NGGAK PERNAH NANGISIN KAMU LAGI SETELAH 2 SEPTEMBER LALU.
YANG ADA...
AKU BENCI KAMU SELAMANYA
MESKIPUN BUMI TERBELAH DUA, AKU TETAP BERDIRI SENDIRI DAN NGGAK PEDULI SAMA KAMU.
SUMPAH ATAS NAMA CINTA YANG LUHUR, KU CABUT KALO AKU PERNAH SUKA MA KAMU.
KINI...
KITA BENER-BENER NGGAK PERNAH KENAL!!!

Rabu, 01 September 2010

aku masih sangat mencintaimu

y, aku masih sangat mencintaimu
tapi aku berusaha untuk melupakanmu
meskipun rasanya sangat sakit. seperti tumbuhan yang di cabut dari tanah yang kering
rasanya sangat sakit
tapi aku tak punya pilihan lain untuk menentukan apapun.
sebenarnya aku tidak ingin melupakanmu apalagi jauh darimu
toh meskipun kamu ku hapus dari list FB-ku, aku terus saja membuka alamat fbmu itu
meskipun nomor hpmu ku hapus semua dari hpku
aku hafal luar kepala ketiga-tiganya
selama ini aku berusaha kuat di hadapanmu
berusaha tersenyum pada dunia ketika melihat kamu dari jauh
tapi sebenarnya aku rapuh

Selasa, 24 Agustus 2010

1%

1% masih ingatkah kamu?

1% perhatianmu pernah ada dalam hatiku di saat aku sedang membutuhkan belas kasihan

1% kepedulianmu pernah membuatku tertawa di saat aku memikirkan untuk mengakhiri semuanya.

1% pikiranmu pernah memikirkanku kala aku benar-benar mencoba untuk bunuh diri.

Dan 1% dari semua itu pernah membuatku jatuh hati kepadamu.

Tapi 99% kecuekanmu padaku senantiasa menyadarkanku dari kelalaian untuk mencintai Sesuatu yang lebih pantas kucintai.


Aku senang bisa mencintai seseorang. Dan aku sedih bila harus mendengar pernyataan bahwa aku tidak bisa memilikinya. Tapi itu dulu. Kini hidupku beralih prinsip tentang cinta. Mencintai adalah hak siapa saja. asal jangan memaksakan kehendak, itu sudah cukup. Aku juga merasakan manis dan pahitnya cinta akhir-akhir ini. tapi aku bisa menanggulangi semuanya dalam sekejap. Inilah ceritaku. Cerita yang mengisahkan betapa aku mencintai seseorang tanpa harus memilikinya namun aku tetap bisa menikmati kebahagiaan setiap hari dan setiap saat.

Awalnya ketika aku mengenal dia…….

Tidak ada yang special ketika aku mengenal dia. Bahkan aku bingung antara dia dan temannya. Karena nama mereka sangat mirip dan sama-sama aneh. Aku mengenalnya secara resmi di sebuah kepanitiaan baksos di sekolah. Aku katakan perkenalan secara resmi karena baru saat itulah aku faham mana yang dirinya. Karena sebelumnya aku hanya sering mendengar ceritanya saja dari temanku.

Aku menjabat menjadi sekretaris disitu. Dan dia menjadi coordinator perlengkapan. Semula aku tak peduli dan tak pernah berinteraksi dengannya. Dia juga jarang masuk jika ada rapat. Hadirpun pasti telat dan berada di belakang. Dan selama dia tak ada, temanku Randy yang menggantikannya menjadi coordinator. Jadi, aku benar-benar tidak pernah berinteraksi dengannya.

Suatu hari, aku dan pengurus inti lainnya merencanakan untuk mengadakan rapat besar. Dan itu terlaksana dengan baik. Tapi lagi-lagi dia telat bahkan nyaris tak datang. Aku yang berwatak tegas dan galak hanya diam sambil terus melihatnya dengan sorot mata kesal. Rupanya dia merasa jika aku marah padanya. Dia pun segera memberi laporan dan program kerja yang baru saja dia buat.

Sejak itulah dia jadi rajin masuk rapat. Semula aku masih biasa saja. masih belum ingin berinteraksi dengan orang itu. karena memang tidak ada yang bisa di bicarakan. Hingga suatu hari, aku dan beberapa coordinator harus survey tempat. Kebetulan coordinator perlengkapan juga harus ikut untuk menyiapkan barang apa yang dibutuhkan kelak.

Seperti biasa, aku tidak kebanyakan mulut untuk membicarakan ini itu. aku diam saja sampai tempat tujuan. Tapi pulangnya aku terpaksa menyahuti pembicaraannya dengan teman-teman karena aku rasa aku tertarik dengan topik itu.

“kalo dulu sih, sholat taraweh di tempatku tuh lama banget. nggak kuat deh kamu……”

Katanya dengan nada bicara yang ceplas-ceplos.

“emang dimana itu???”

“di ponpesku…… pokoknya lama banget. bayangin ya, jam 19:00 WIB sampai jam 24:00 WIB. Kalo nggak biasa bisa tekor tuh..”

Aku teringat akan temanku Randy dan Yusna. Mereka dulu satu SMP dengan dia. Tapi tak pernah bercerita tentang cerita itu. padahal biasanya mereka berdua akan menceritakan apapun untuk memperenggang suasana.

“kamu sesekolahan sama Randy sama Yusna ya??”

Dia menoleh kepadaku lalu memalingkan muka lagi.

“iya..kalo sama Randy sih masih nyambung. Tapi kalo sama Yusna, jauh banget.”

Aku mengernyitkan kening.

“jauh? Jauh dalam artian apa???”

Kali ini dia menatapku. Sepertinya sedang menyelidik dengan serius.

“jauh Hobby-nya. Jauh pemikirannya, jauh tindakannya. Semua deh…..”

Aku mengangguk-angguk. Lalu tidak melanjutkan pembicaraan lagi. Aku takut menguak lebih dalam tentang pertemanan dia dan Yusna yang terbilang “jauh” itu.

Bahkan tidak hanya waktu itu saja aku dan dia berbincang-bincang. Pernah dia menghampiriku saat aku menulis novel di sekolah.

“ngapain Ndut???”

Dan kali ini dia membuat sebutan yang jarang sekali di ucapkan orang padaku.

“nggak ngapa-ngapain.”

“nulis novel ya???”

“iya…..”

“oh… gimana masalah baksosnya?? Kok nggak kelar-kelar kayaknya??”

Aku menoleh ke arahnya. Kepanitiaan baksos memang agak amburadul tahun ini. masalahnya, yang menjadi panitia bukan anak kelas tiga. Tapi anak kelas dua. Termasuk aku.

“iya….. aku juga nggak tahu. Ya udah deh……. Di jalani aja…..”

Sampai disitulah percakapan pertama kami. Waktu itu aku sama sekali tidak mengira kalau jadinya akan seperti sekarang.

Mulai akrab…..

Ternyata di baksos terjadi banyak masalah. Salah satunya masalah antara baksos dengan aku. Waktu itu, aku mendapat banyak masalah. Bahkan hampir aku tak kuat menanggungnya sendiri. Tapi aku harus menanggungnya tanpa di bantu orang lain. Ibarat mengangkat batu yang sangat besar hingga terseok-seok dan selalu jatuh dalam kurung waktu lima menit.

Sebelum aku menetapkan untuk keluar dari organisasi itu, terlebih aku di bantai oleh senior. Banyak diantara mereka yang mencibirku dan bahkan mereka sangat menyinggung perasaanku sampai aku memutuskan untuk keluar.

“semua orang itu punya masalah…… jangan kamu kira Cuma kamu yang punya masalah yang besar. Saya punya masalah, Mbak Elis punya masalah, Mas Rosyid juga. Jangan anggap diri kamu aja yang punya masalah. Dan jangan masukkan masalah kamu itu ke dalam masalah organisasi. Kalau aku jadi kamu ya……… aku bakal keluar dari baksos malam ini juga.”

Sebenarnya aku mulai tak tahan dengan omongan Mas Fahmi itu. terlalu menohok untuk aku cerna dengan otak terlebih hatiku. Aku berusaha untuk tidak berdiri dan keluar dengan air mata.

“Anisa….. seharusnya kamu jadikan organisasi ini sebagai hiburan. Dimana kamu nggak perlu memikirkan masalah kamu itu.”

Aku menghela napas. Air mata sudah berada di ujung. Tinggal menunggu detik saja untuk jatuh ke bawah.

“melupakan??? Kalian nggak tahu kan, apa yang sedang menimpa saya??? Dan apa yang ingin saya lakukan tiap kali saya mengingat semua itu?? kalau memang saya hanya menjadi beban di organisasi ini, saya menyatakan keluar mulai malam ini. dan jabatan saya bisa di gantikan malam ini juga.”

Aku berdiri dan meninggalkan semua peralatan rapatku disitu. Aku sudah tak peduli, hatiku terlanjur teriris sebilah pisau. Dan aku tak mau jika hatiku menjadi lebih hancur karena terlalu lama di tempat itu. aku pun berlari, makin cepat, makin cepat dan sampailah aku di kelas. Ku tangisi nasib yang begitu buruk ini. baksos adalah organisasi impian yang aku dambakan sejak kelas satu. Tapi mengapa begitu aku menggenggamnya, aku terpaksa melepasnya dengan alasan sepele?

Malam itu, aku ambruk. Aku menangis semalaman. Aku tak bisa merelakan perjuanganku yang begitu besar untuk mendapatkan jabatan tersebut. Yang terpaksa harus ku lepas karena factor X.

Keesokan harinya, aku masih saja sedih. Air mata ini seolah belum kering. Aku pun berangkat sekolah dengan mata yang sayu.

Pulangnya, aku duduk di taman dengan membawa laptop. Daripada sedih terus, lebih baik aku melanjutkan aktivitasku untuk menulis novel. Hanya ada satu kegiatan yang bisa menenggelamkanku dari semua masalah di dunia ini. yaitu berimajinasi dalam tulis-menulis.

“nulis novel lagi Ndut???”

Aku terhenyak dan spontan menutup laptopku. Ku tatap matanya yang melihatku.

“kemarin malam katanya ada shering. Apa isinya???”

“pembantaian…”

“siapa yang di bantai dan siapa yang bantai? Aun ya?? atau anak kelas tiga yang di bantai???”

“aku…”

“ha??? Kok bisa?? Kan kamu kerjanya lumayan bagus? Nggak ada masalah setahuku. Kok bisa kamu yang di bantai????”

“ah.. shit!! Udah deh nggak usah ngomongin baksos lagi. Ideku ilang semua nih….”

Begitu aku meluncurkan kata-kata umpatan, dia langsung kaget dan mengatupkan bibirnya. Aku yang emosi sama sekali tidak menghiraukan keadaan. Aku terus meluapkan emosiku padanya. Dan dia pun duduk di sebelahku.

“nyebelin banget. masa, aku di bantai hampir semua anak kelas tiga yang hadir karena aku telat fotocopy. Terus kalo Aun? Kalo dia berusaha ngembat jobku? Aku harus diam aja dan dia nggak di apa-apain??? Terus mereka pikir aku tuh apa???”

“sabar… sabar…. Terus kamu sekarang sama mereka gimana?”

“makan tuh baksos. Aku keluar dari tadi malem. Aku tersinggung banget sama omongannya mas Fahmi. Emang sih semua orang punya masalah. Tapi aku yakin, mereka nggak akan pernah kuat kalo mereka punya masalah kayak aku…”

Kali ini dia diam. Tapi aku juga tidak berharap dia memiliki sanggahan. Memang lebih pantas dia diam dan tak menghirukan emosiku ini daripada dia menjadi korban.

“ya udah….. aku pusing…. Aku mau balik”

“ya.. hati-hati ya??”

Aku melaju tanpa menghiraukan ocehannya lagi.

Entah berapa lama aku tidak berkomunikasi dengannya karena dia masih sibuk dengan masalah baksos dan aku benci itu. selama ini aku hanya memperbaiki nilai akademikku saja. memang benar, aku jadi juara kelas di semester satu. Tapi di sisi lain, banyak masalah yang semakin menjadi besar ketika aku hanya mendiamkannya saja.

Hingga suatu hari saat liburan semester satu. Aku mendapatkan nomor hpnya dari salah seorang temanku. Sebenarnya aksiku untuk menghubungi dia ini tak lain menjadi mak comblang antara dia dan temanku. Tak perlu ku sebut siapa temanku itu. aku memulai sms dia dengan topik mengenai temanku tadi. Mulanya aku biasa saja. dan tetap mengingat misiku untuk mencomblangi mereka berdua.

Tapi lama-lama, perbincangan kami merambat ke masalah pribadi. Dia mulai membuka rahasianya. Dan aku juga mulai berani curhat tentang masalahku yang tak pernah usai itu. semula semua berjalan tanpa kendala. Kami hanya saling curhat.

Namun sesuatu yang lebih terjadi padaku. Entah mengapa ada perasaan sakit ketika dia mulai mengatakan kalau dia pernah mencintai salah seorang temanku di awal tahun pelajaran kelas dua. Tapi aku masih diam dan tak ingin memperdalam perasaan. Mungkin ini hanya perasaan sesaat yang sebentar lagi akan hilang di terpa angin.

Cemburu……

Tiap hari aku selalu menyempatkan diri untuk meng-sms dirinya. Dia juga membalas sms itu tiap kali aku sms. Bahkan, kadang dia yang memulai sms kala aku masih ada kegiatan. Karena sms itulah, kami banyak cerita dan curhat. Hingga suatu hari…..

Dia mengatakan kalau dia pernah mencintai salah seorang teman sekamarku. Sebenarnya aku tidak begitu peduli dengan perkataannya. Tapi, entah mengapa aku merasa tidak rela jika dia harus bersanding dengan gadis itu. semula alasanku merasa demikian karena aku memang tidak menyukai temanku itu dari kelas satu. Tapi lama-lama alasan itu di perkuat dengan rasa cemburuku yang membludak.

Tapi waktu itu pertemanan kami masih berlanjut. Dan dia masih rajin menanyakan keadaan temanku itu. mulanya aku masih kuat untuk menahan rasa cemburu yang makin hari makin besar ini. namun, suatu hari, setelah aku mengerjakan nsoal matematika yang susah.

“keadaan Umi gimana??”

Perlu di catat, dia dan temanku itu sudah membuat panggilan. Dia di panggil Abi dan temanku di panggil Ummi. Dan aku di panggil nenek. Sebenarnya panggilan nenek itu tak berhubungan dengan silsilah keluarga mereka. Mereka hanya ikut-ikutan memanggilku begitu.

“baik.”

Andai kata ini bukan sms, aku akan menyahuti pertanyaannya dengan nada yang paling sinis.

“kalau anakku???”

Yang di maksud anaknya disini adalah anak kelas satu bernama Ila. Mereka sepakat menjadi keluarga sejak Ila menetapkan siapa Bapak dan Ibunya jauh sebelum ini. aku kembali menghela napas. Ingin rasanya aku berteriak di tempat itu juga.

“baik juga…”

“oh… ya udah bilangin jangan tidur malem-malem. Jangan telat makan.”

Duh… perhatian sekali sih dia pada dua orang itu? lalu kalau aku sakit, dia hanya akan membulatkan bibirnya dan meneriakkan satu huruf, “o”.

“y”

Aku pun mulai menyingkat smsku, pertanda aku mulai tek suka dengan perbincangan ini.

“kenapa sih Ndut?? Kok sms kamu aneh gitu??”

“gpp.”

Sms kali ini berhenti sampai disitu. Aku sama sekali tidak mood melanjutkannya. Aku pun langsung mematikan hp dan tidak menghiraukan apa yang akan dia katakan. Tuhan, mengapa aku harus mencintai orang yang sudah mencintai orang lain?

Keesokan harinya, aku kembali sms dia. Dan aku heran, mengapa harus aku yang sms dulu? Tapi aku tak peduli, yang penting aku bisa menanggulangi perasaan galau ini.

“eh….. ngapain kamu???”

“nggak ngapa-ngapain. Bengong aja…”

“oh.. kirain nyikat WC…”

“ngawur! Ya nggaklah….”

“kan Cuma perkiraan?? Apa salahnya???”

“salah dong………”

“kok bisa???”

“perkiraan itu yang bagus-bagus. Bukan yang jelek-jelek. Masak cakep kayak gini di bilang nyikat WC????”

“bisa jadi kan?? Cakep?? Iya saking cakepnya sampek nggak bisa di lihat. Hehehe.”

Aku tertawa. Dia memang orang humoris. Sebelum aku dekat dengan dia, aku pernah mendengar cerita humor yang dia buat saat kelas satu dulu. Dan sekarang aku bisa mendengar humor itu langsung darinya.

“udah di salamin belum ke anak ma istriku???”

“udh.”

Sejenak aku terdiam. Sebenarnya aku mulai sakit hati. Tapi aku membiarkan dia mengoceh tentang anak istrinya terlebih dulu.

“makasih ya…. keadaannya sekarang gimana??”

“gimana kalo kamu tanya sendiri ke dia??”

Aku pun mulai naik pitam.

“kan Cuma tanya gitu aja, masak aku harus kesana?”

Kali ini aku ingin mengumpat padanya, sungguh.

“salah nggak sih kalo aku nggak suka ma seseorang???”

Aku berharap dia mengerti apa yang terkandung dlaam sms itu.

“emang kamu nggak suka sama siapa???”

Aku ingin berteriak sekeras-kerasnya. Bahkan kalau bisa, aku akan berteriak tepat di kedua telinganya sekarang. Aku yang mulai tidak mood membalas smsnya tadi dengan sms kosong.

“kok kosong???”

“kamu tuh bego’ apa pura-pura bego’ sih??”

“maksud kamu?”

“pikir aja sendiri.”

“kok kamu jadi gini sih Ndut? Aku kan nanyak baik-baik, gimana kabarnya anak ma Istriku???”

“nggak ada pertanyaan lain ya…???”

Mungkin ada lima menitan kami terdiam. Dia juga tidak membalas smsku. Aku pikir dia sudah tahu kalau aku cemburu dan dia kaget mengetahui pernyataan itu. tapi dugaanku meleset dan terlalu tinggi untuk seorang”dia”.

“oh….. Ya Tuhan, jadi kamu nggak suka kalau aku nanyak-nanyak soal Istri ma anakku, Ndut????”

Glekk! Serasa dunia berputar, tapi aku tidak merasakan perputaran singkat itu.

“iya….”

“kalo boleh tahu, kenapa kamu nggak suka ma dia??”

Ya cemburu sama kamu lah. Andai aku bisa menuliskan keluh kesahku itu di layar hp. Tapi aku rasa tidak mungkin. Pasti dia akan menjauhi diriku dan tidak ingin berteman denganku lagi. Saat itu dunia akan terasa hampa dan menyakitkan.

“aku nggak mau semua yang aku omongkan jadi fitnah…”

“aku bisa jaga rahasia kok. J

“tapi sayangnya aku nggak bisa naruh kepercayaan itu ke kamu.”

“oh… ya udah..”

Sejak saat itulah aku aku tak pernah lagi sms dia. Sebenarnya aku tak kuat, aku ingin selalu sms dia dan ingin tahu semua yang dia lakukan. Tapi selama dia masih menanyakan keadaan temanku itu ke aku, aku tidak akan menganggapnya ada.

Seminggu setelah itu, saat les di sebuah bimbingan belajar. Dia mengirimiku sms kosong. Sebenarnya aku tahu itu nomornya. Tapi aku membalasnya seolah-olah aku tak pernah berhubungan dengan dia.

“siapa nih???”

Aku sudah mengira kalau dia tidak akan membalas sms itu. dan aku juga tidak ingin mendapat sms dari dia. Dan sama sekali tidak ingin bertemu dengan dia. Pendek kata, aku marah padanya.

Minta maaf…….

Waktu merambat dengan cepat. Sangat cepat mungkin. Tiba-tiba aku sudah berada di sebuah ruangan bernomor 16 dengan kesunyian dan hawa-hawa ujian. Ujian jam pertama kali ini B. Indonesia. Pelajaran yang paling aku sukai di antara banyak bahasa di sekolahku. Bukan karena aku bodoh di bahasa lain, di bahasa indinesia aku bisa membuat puisi dan karya sastra yang lain dengan sempurna.

Waktu masih menunjukkan pukul Sembilan. Tapi aku sudah merampungkan lima puluh soal bahasa Indonesia. Tidak semua ku bisa, tapi jika di hitung menurut naluri dan pengetahuanku, nilai itu tidak kurang dari Sembilan puluh. Tiba-tiba tanganku usil untuk mencorat-coret dibalik soal bahasa Indonesia itu. ku tulis puisi pendek tentang perasaan cemburuku pada “dia”.

Rinduku terenggut

Oleh ego….

Cintaku terpasung

Di lumat habis oleh amarah…

Sayangku terlepanting

Membentur dinding ……

Tak cukupkah kau mengerti keadaan ini?

Walau hatimu bertanya mengapa diriku?

Aku hanya akan berikan jawaban dalam diam

Meski bibirmu berteriak memanggilku tuk minta penjelasan

Suaraku cukup terpekik dan tersendat

Tak sepatah pun yang ingin ku ucap

Sebelum kau lari dan menghiraukan betapa sakitnya hatiku

Aku tak peduli siapa yang akan membacanya. Yang penting aku sudah menuliskan perasaanku yang begitu menginginkan kehadiran dia untuk meminta maaf padaku. Tapi sepertinya mustahil. Karena dia hanya akan diam. Bahkan saat kita masih sering sms-an dan bertegur sapa. Selalu saja aku yang mengawalinya. Tersenyum saat berpapasan saja enggan. Apalagi ada masalah seperti ini? dia memang lelaki secara fisikly, tapi dalamnya perempuan sejati. Huh!!

Mataharipun meninggalkan awan temaram. Sedu sedan di sore hari mulai terasa saat pintu-pintu rumah itu tertutup. Dengan usilnya bunyi-bunyian alam mengganggu para petani yang kian terpekur menekuni perjalanan pulangnya.

Aku masih berdiri menatap almari setelah sholat maghrib. Ku lihat wajahku yang masih menyisakan amarah karena jengkel dengan “dia” dua minggu yang lalu. Dalam benakku ada dua pertanyaan. Pertama, mengapa dia mengirim sms kosong padaku beberapa hari yang lalu? Yang kedua, mengapa dia tidak membalas sms balasanku?

Tiba-tiba pikiran buruk merasuki pikiranku dengan liar. Jangan-jangan dia sakit? dan tak bisa mergerak sedikitpun. Karena akhir-akhir ini aku juga tak pernah melihatnya sibuk keluar masuk di sebuah ruang kecil di sudut sekolah yang biasa di sebut sanggar pramuka. Jika dia sakit, seharusnya aku senang. Hitung-hitung untuk ganti rugi rasa sakit ini.

Tapi orang mencintai itu tidak realis. Tetap saja dadaku terasa terhimpit dan ingin melihatnya dan memastikan dia baik-baik saja.

Blab… blab….

“Mama…………………….”

Suaraku melengking sekencang-kencangnya saat lampu tiba-tiba mati. Menggunakan lampu HP, aku berjalan sedikit demi sediki mencari Mama dan Papa.

“Ma………….”

“apa sih? ini Mama disini…”

Sahut Mama tepat di telinga kananku. Tentu saja aku mengaduh pelan.

“aduh.. iya Mama. Kan aku takut galap-gelapan kayak gini. Papa mana??”

“tuh.. ada di luar…… udah disini aja. Eh… bilang ke temen-temen kamu dong, rumah mereka mati lampu nggak??”

“sip…”

Aku bergegas mengetik di layar HPku.

“guys, rumah kalian padam nggak lampunya??”

Ku kirimkan pesan itu ke berbagai teman. Tak peduli yang ada di kota maupun luar kota. Bahkan ada yang luar jawa juga. Tujuannya biar akurat. Siapa tahu ini mati lampu nasional? Satu persatu berita pun mulai berhamburan ke HPku.

“mati, nis. Rumah kamu???”

“mati gals……… kenapa??”

“nggak tuh…. Kenapa? Rumah kamu mati lampu ya???”

Aku kaget. Itu kan daerah rumah “dia” yang tidak begitu jauh dari rumahku. Paling hanya terpaut satu atau dua desa saja. semestinya daerahnya mati juga. Diam-diam jari jemariku mengetikkan satu nomor yang ku hafal di luar kepala. Siapa lagi kalau bukan nomor “dia”?

“Cuma mau ngecek, rumah kamu mati lampu nggak???”

“nggak. Kenapa?? Rumah kamu mati lampu ya??? disini terang benderang tuh, nggak ada apa-apa. dasar!! Mungkin kamu belum bayar listrik kali. Cepet di bayar…..”

Belum selesai dadaku berdegup karena takut tidak dibalas, tiba-tiba sebuah sms panjang masuk dan langsung mengajakku terhanyut oleh guyonannya.

“oh… ya udah.”

“ya udah kalo gitu nggak usah ngapa-ngapain. Nggak kelihatan apa-apa kan????”

Tiba-tiba aku merasa bersalah telah mendiamkannya selama beberapa minggu. Seharusnya saat dia mengirimiku sms kosong, aku membalasnya dengan perkataan yang lebih halus. Menanyakan kabar mungkin, atau bisa juga meminta maaf. Kalau ingin lebih jahat, aku bisa memarahinya habis-habisan.

Tapi semua sudah terlanjur. Semua sudah selesai hingga malam ini. berarti aku harus meminta maaf padanya sekarang.

“ya. aku minta maaf ya??? besok aja deh di bahasnya. Aku mau tidur aja…..”

Tanpa menghiraukan balasannya selanjutnya, aku langsung mematikan hp dan menginformasikan pada Mama kalau jarak radius lima kilo meter lampu sudah menyala seperti biasa.

Keesokan harinya di bimbingan belajar. Hari ini materinya adalah ekonomi. Salah satu pelajaran yang kusukai di bidang ilmu social. Dan aku sudah hafal dengan apa yang akan di berikan oleh sang pemateri. Jadi, aku hanya sesekali membuka buku dan mereview saja tanpa keseriusan yang khusus.

“Ndut????’

Untuk pertama kalinya aku tergaket-kaget karena menerima sms dari dia.

“apa…..???”

“kamu lagi dimana??”

“lagi di bimbel. Kau??”

“di bimbel juga.”

“terus ngapain kamu smsan? Ntar nggak bisa lagi gimana???”

“biarin. Orang Cuma fisika….”

“alah… ntar kalo ulangan nangis darah baru tahu rasa kamu.”

“ya jangan di doain gitu dong Ndut…….”

“hahaha…. Kamu sih”

Akhirnya aku masih bisa tertawa karena humornya. Ku kira setelah dua minggu bertengkar, di akan menjauh dan tidak mau berteman denganku. Ternyata dia memang tidak sepeka yang ku bayangkan.

“oh ya. maaf ya…”

Balasku lagi.

“buat apa????”

“buat yang kemaren”

“aku juga ya? aku takut kamu marah ke aku.”

Biasanya aku yang akan mengatakan demikian. Lalu mengapa sekarang malah berbanding terbalik?

“aku juga takut kamu marah ke aku….. makanya aku nggak berani sms kamu.”

Aku pun mulai manja dan merengek padanya.

“oh gitu alasannya..”

“oh ya, aku mau tanya”

“apa???”

“kamu yang ngirim sms kosong itu ke aku ya??”

“kamu hapus nomorku ya???”

Duh.. kasihan sekali dirinya? Seharusnya aku tidak membalas sms kosong itu dengan kalimat yang sok tak kenal.

“maaf ya…”

“ah.. udah biasa kok aku di gitukan orang”

“maaf ya sekali lagi. Aku bener-bener nggak mau marah.”

“aku juga takut kamu marah ke aku. Makanya aku ngecek kamu dengan ngirim sms kosong itu. ternyata kamu hapus nomor aku..”

“nggak tak ulangi lagi deh. Maaf ya???”

“aduh biasa aja kali Ndut…”

Barulah kerukunan ini kami bangun berdua. Dan aku janji tidak akan menunjukkan perasaanku yang sesungguhnya padanya.

One percent

Sebenarnya tujuanku berteman dengan Dia tak lain untuk mengalihkan semua masalahku yang sangat berat. Tapi disini aku tak bisa menceritakannya. Karena ini merupakan privacy dan hanya dia dan aku yang tahu. Meskipun aku mengerti, dia tidak begitu faham tentang masalah yang kumiliki ini.

Sebenarnya kelas dua ini aku mendapat banyak masalah. Masalah utama adalah masalah besar yang tadi ku sebutkan. Yang kedua adalah masalahku dengan seseorang yang dulu pernah ku cintai. Namanya Alil. Aku tahu, Alil juga ada rasa terhadapku dan kami bertengkar karena kesibukan kami. Aku pun menangis saat pertengkaran itu. karena terlalu lelah menghadapi semuanya sendirian, aku pun bercerita pada “dia”.

“kamu pernah jatuh cinta kan??”

“ya pastilah Ndut… kenapa?? Kamu lagi falling in love ya???”

“aku lagi tengkar ma Alil.”

“siapa Alil? Pacar kamu???”

“bukan…… tapi HTSku.”

“kenapa emang???”

“dia selalu nggak ada waktu buat aku. Padahal dia yang ngajak HTS-san.”

“kok gitu sih????”

“aku juga nggak tahu. Makanya aku habis marah-marah sama dia.”

“terus dia gimana????”

Aku menghela napas.

“aku tuh pusing ya sama makhluk yang bernama cowok. Kenapa sih mereka selalu nuntut yang macem-macem ke cewek, padahal kalo mereka di tuntut, mereka bakal marah. Sebel.”

“sabar ya..???? nggak semua cowok kayak gitu kok……”

Terbersit sedikit rasa kecewa dalam hatiku. Mengapa dia hanya berkata demikian? Sms berakhir sampai kalimat itu. dan aku tidak berniat untuk membalasnya lagi. Dan dia?? Apakah pernah dia mengurusi sedikit perasaanku?

Keesokan harinya, dia meng-smsku lagi.

“sorry ya Ndut, aku kemaren ketiduran. Eh aku mau tanya….”

“apa??”

“tadi malem kamu nangis nggak???”

Ada dua pertanyaan di otakku saat dia mulai bertanya seperti itu.

“kalo iya kenapa? Kalo nggak kenapa???”

“nggak pa-pa. Cuma pengen tahu aja…..”

“oh….. sorry ya kemaren bikin kamu mikir.”

“nggak pa-pa kok. Aku nggak lagi mikirin apa-apa soalnya. Malah, satu persenku untuk kamu.”

Semula aku senang mendengarnya memberiku satu persen pikirannya untukku. Tapi lama-lama aku berpikir, di dunia ini ada seratus persen, mengapa aku hanya di beri satu persen????

Awalnya pertanyaan itu menjadi tidak penting. Mungkin itu sudah menjadi gaya bicaranya sehari-hari. Dan aku tidak mau peduli. Tapi entah suatu saat jika aku memikirkan masalah satu percent itu kembali.

Rapuh dan kecewa……

Waktu berjalan dengan sangat cepat. Ternyata ujian sekolah telah berakhir. Semua sudah selesai dan sesuai rencana. Saat anak-anak sibuk remedial, aku enak-enakan di rumah karena nilaiku lebih dari perkiraan. Tapi aku di landa masalah yang cukup besar. Sebenarnya masalah ini suda cukup menyita waktu. Aku menyimpan masalah itu kurang lebih selama Sembilan tahun. Dan tahun ini adalah puncak dari segala penderitaan yang tak pernah kurasa sebelumnya. Masalah ini juga pernah ku bicarakan dengan dia. Tapi tanggapannya tidak lebih dari tanggapan sederhana yang mengecewakan.

Tapi kalau bukan padanya, harus pada siapa aku memberitahukan semua masalah ini. harus kemana aku berlabuh dari kepenatan dunia? Aku pun kembali memilih dia sebagai sandaran hatiku. Meski aku tahu, dia tidak akan banyak membantu.

Waktu itu, aku merasa menjadi manusia yang serba salah. Sedangkan waktuku tidaklah banyak untuk menyelesaikan ini. aku pun berniat untuk mengakhiri hidip. Sungguh. Aku tidak berbohong saat ini. aku benar-benar mengambil semua pil yang ada di kotak obat dan memaksa mulutku untuk menelannya.

Setelah itu merasa sangat pusing dan tak berapa lama aku langsung ambruk. Dan aku tidak ingat apa-apa setelahnya.

Keesokan harinya, aku langsung pergi ke sekolah. Aku meng-sms dia untuk memberitahukan kalau aku hampir mati.

“aku udah mencoba mengakhiri semuanya….”

“kalo kamu pengen mati, kamu harus ijin dulu sama orang tua kamu.”

“aku benci sama orang tuaku…..”

Karena masalahku ini memang ada hubungannya dengan orang tuaku. Dan saat itu, aku sama sekali tidak suka mendengar dia meneriakkan nasehat yang langsung menusuk ke akarnya.

“kalo mereka nggak peduli ma kamu, mungkin kamu udah lama di bunuh sama mereka.”

“ya, sama aja kan, mati sekarang atau besok? Toh akhirnya juga akan sama saja.”

“udah nis, udah. Aku capek ngomong sama orang yang punya pikiran kayak kamu.”

Aku hancur. Bahkan bukan lagi berbentuk pecahan, tapi serpihan. Begitu perih perkataan itu menerjangku dengan ganasnya. Dia memang berusaha menyadarkanku dari kelalaian ini, tapi dia salah mengutarakan dan menenangkan pendapat pada orang yang hampir mati.

Aku cukup kecewa di antara kerapuhan ini. aku sama sekali tidak bisa bangkit. Sehari-hari hanya ku isi dengan tangis, murung dan menyesal. Apa yang harus ku lakukan??? Hingga suatu hari, ada seorang penolong yang baik hati. Dia mau membantuku untuk menyelesaikan masalahku sampai ke akarnya. Untungnya masalah itu berhasil dan aku tak memikirkan apapun.

Final….

Ternyata mencintai “dia” adalah petaka. Bagaimana tidak?? Banyak sekali yang terkagum-kagum pada lelaki itu. dan semua menginginkan dia berada di samping mereka. Semula aku berkeinginan seperti itu, tapi begitu melihat teman-temanku cemburu dan menjauhiku, aku mundur teratur. Lagi pula tidak mungkin dia mencintaiku. Jika iya, itu hanya ada di mimpi atau hanya ada di khayalanku saja.

Setelah masalahku selesai, hidupku bahagia. Keluargaku jadi baik dan aku kembali pada jalan kebenaran. Aku jadi rajin sholat dan memperbaiki tabiatku yang buruk. Hampir-hampir aku lost contact dengan dia. Tapi lagi-lagi dengan liar dia masuk ke kehidupanku. Tapi memang dasar dia kurang ajar. Begitu dia masuk ke dalam hatiku, dia langsung mencabik-cabik dinding kalbuku. Dia tak pernah bersikap normal lagi. Dia selalu berlalu sok tak kenal jika aku melintas di depannya. Dan dia juga selalu menghindari tatapanku tiap kali aku berusaha mencari sesuatu di matanya.

Hingga pada suatu hari…..

Salah seorang temanku bernama Putri sedikit kesal denganku. Dia tak pernah membalas smsku dan selalu menjawab smsku dengan kata-kata sinis. Aku bingung, aku gelisah, aku gundah. Semua dilemma dan segala pikiran buruk merasukiku waktu itu. dan membiarkan aku dalam gelimang keresahan.

Setelah kuselidiki, ternyata dia marah karena aku dekat dengan “dia”. Seketika bibirku kelu. Tak bisa menyampaikan sebaris katapun padanya. Aku tidak ingin bertemanan yang sudah di bangun ini harus hancur karena makhluk bernama lelaki. Aku pun memutuskan untuk membuat komitmen dengan dia. Aku tidak akan membalas semua smsnya. Dan aku akan menjauhinya sebisa mungkin.

Mulanya rencana itu mendapat protes dari dia. Tapi dengan santainya aku menjalankannya meskipun dia tak pernah berhenti mengganggu pertapaan ini. entah apa yang terjadi selanjutnya, yang pasti rasa cintaku makin besar. Dan aku menuliskan beberapa catatan di facebookku mengenai dia. Dan setiap aku membuka facebook, selalu status itu ku tujukan padanya. Tapi dia sama sekali tidak pernah melihat. Dia tidak peduli tenang apa yang sudah terjadi padaku.

Aku mencintai dia. Sangat. Tapi dia tak pernah memperdulikan perasaanku yang selalu tersayat begitu melihat dia lewat depan mataku tanpa senyum, tanpa melihat dan acuh tak acuh seolah aku hanya patung. Atau, jangan-jangan dia sudah merasa terkenal dan ingin di sapa duluan? aku gila. Aku pusing. Semua. Aku merasa semua pikirn negative masuk ke otakku dan mempengaurhiku untuk semakin berpikir negative terhadap dia.

Sampai pada suatu saat, seorang guru masuk ke kelasku dengan kalimat-kalimat yang menyentuh dan membuatku sadar akan arti cinta sesungguhnya. Tak perlu ku jelaskan bagaimana kalimatnya. Yang jelas, guru itu mengatakan. Boleh saja aku mencintai siapapun di dunia ini. asal cinta pertama kita harus berlabuh pada satu kekuatan. Yaitu kekuatan Sang pencipta. Yang kedua, sebelum memasukkan seseorang ke hati kita, kita harus mencintai keluarga yang denga susah payah menghidupi kita hingga dewasa. Dengan kalimat yang sangat baik dan indah, guru itu membuatku sadar dan membuat semua syaraf motorik dan sensorikku untuk menangis .

Malamnya aku menulis beberapa catatan dan mempublikasikannya pada semua teman. Termasuk padanya. Aku tak peduli, dia mau lihat atau tidak. Yang penting aku sudah berusaha untuk menyatakan galau hati selama ini. tapi meskipun aku sudah menuliskan beberapa catatan di situ, aku tidak berharap dia menembakku dan menjadikannya pacar. Aku hanya senang melihat dia tertawa, bahagia melihatnya bahagia, dan lega melihat dia tersenyum setiap saat. Meskipun senyum itu bukan di tujukan untuk diriku. Aku tidak munafiq, sebelum ini aku merasa cemburu pada setiap orang yang dekat dengannya. Termasuk dengan sahabat wanitanya.

Tapi sekarang tidak. Hari ini, aku sedang tersenyum melihat dia. Melihat smsnya yang ingin sekali mengetahui pada siapa aku menuliskan catatan itu. aku pun menyuruhnya untuk menerjemahkan sendiri dan aku siap jika dia harus menjauh. dia hanya janji padaku, dia akan memberitahuku jika dia sudah menemukan pada siapa cintaku berlabuh. Dan aku sama sekali tidak menharapkan apapun atas cintaku ini terhadapnya.

Untuk Dia yang aku cintai…

Cintaku tak pernah padam….

Meski hanya secuil…

Cintaku akan selalu bersenadung

Meskipun kau jauh dari aku

Dengarlah…

Aku mencintaimu

Tanpa ada alasan

Aku mencintaimu

Tanpa menuntut balas………


dia disini adalah dia yang aku cintai entah sampai kapan. meskipun aku berusaha menghapus semuanya. tapi dalam hati kecilku, aku tetap menunggu dirinya

Love is...
© membuka dunia! - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace